Oleh:
Hendrik Akbar
Tak terbersit di pikiran ini saat kembali menelusuri Kampung Wamesa, Distrik Manokwari Selatan Kabupaten Manokwari, Jumat (31/01/2020). Teringat, sekira 15 tahun lalu, tempat ini kerap saya kunjungi. Pantai di kampung ini menjanjikan saya dan ayah untuk pulang membawa hasil pancing.
Tapi saat kembali lagi, menelusuri lebih dalam, banyak sekali perubahan yang terjadi di kampung ini, terutama dari segi pembangunan rumah dan jumlah penduduk.
Apalagi ketika mendengar cerita Rikha Rumadas, wanita tangguh yang bisa membalik Kampung Wamesa yang 12 tahun lalu diklaim ‘merah’ soal kesehatan, hingga kini menjadi kampung percontohan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Mengapa ‘merah’
Rikha yang warga kampung itu bercerita kejadian tahun 2008. Kala itu warga Kampung Wamesa yang jumlahnya masih sedikit terserang diare. Ada 12 orang, termasuk anak-anak yang terserang penyakit itu. Lima meninggal dunia.
“Kampung kami jadi tanda merah dari puskesmas setempat,” ungkapnya kala menerima kunjungan beberapa media massa di kampung tersebut.
Cerita Rikha berlanjut. Di tahun 2009 dia bersama dua orang warga kampung lainnya dilatih untuk menjadi kader kesehatan lingkungan. Itu membuat dia mendapat pemahaman dan pembelajaran akan pentingnya kesehatan lingkungan seperti sanitasi, tidak Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan juga sistem pengelolaan limbah sampah dan limbah rumah tangga.
Usai menerima pelatihan itu mereka kembali ke kampung dan membentuk tim kerja.
Saat itu hanya ada tujuh rumah di Kampung Wamesa yang memiliki WC. Sisanya, mereka membuang tinja di pinggir laut atau menggali lubang dekat rumah.
Tim kerja yang berawal dari Kader Kesehatan Lingkungan itu lalu membangun tiga WC di kampung mereka. Mereka swadaya membeli closet dan membangun dinding WC alakadarnya.
Terbangun dua, dan ketika hendak masuk bangunan WC ke tiga, masuklah program PNPM Mandiri.
Dua tahun berlangsungnya program PNPM Mandiri, Rikha terpilih menjadi ketua Respek PNPM Mandiri di kampung Wamesa.
“Selama dua tahun menjadi ketua Respek, kita membangun WC dan fasilitas air bersih hampir di seluruh rumah. Dari UNICEF juga membangun 3 unit,” ungkapnya.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
Waktu berlalu dan Rikha terus membangun pemahaman bahwa kesehatan lingkungan itu sangat penting.
Di Juni 2011, Kampung Wamesa mendeklarasikan anti BABS. Papan tertanda Deklarasi kala itu akan kembali didirikan tahun ini atas dukungan kepala Kampung.
Tiga tahun setelah deklarasi itu, dia ditawarkan mengikuti lomba duta natural leader tingkat nasional. Dia pun terpilih jadi salah duta dari 300 peserta dari seluruh Indonesia. Dia pun haru dan meneteskan air mata kala naik ke podium di kegiatan yang dihadiri banyak undangan dan media nasional tersebut.
“Kami sempat siaran langsung dengan TV nasional saat itu. Saya tidak menyangka bisa terpilih sebagai salah satu duta atas karya tulis yang saya kirimkan,” ungkapnya.
Dia tampak sangat dekat dan akrab ketika mendemonstrasikan anak-anak PAUD Ceria Kampung Wamesa mencuci tangan pakai sabun sambil menyanyi. Sejak usia dini, anak-anak di kampung itu dibiasakan untuk mengetahui lima pilar STBM.
Apa yang dilakukan Rikha dan warga ini mendapat dukungan dari Kepala Kampung Wamesa, Abdul Gani Tuarita. Dana Desa untuk Wamesa di tahun 2020 akan diprioritaskan untuk Posyandu.
Pria yang jadi kepala kampung sejak sekira 12 tahun itu mengatakan perlengkapan kesehatan di Posyandu harus dilengkapi untuk menunjang angka hidup ibu melahirkan di kampungnya.
Walau sudah lansia dia tetap semangat dan bangga karena kampungnya jadi satu dari 164 kampung percontohan di Manokwari. Apalagi tiap ada kunjungan kementerian, kampung Wamesa pasti didatangi.
“Bangga kampung ini dikenal sampai di pusat,” ungkapnya.
Banggapun dirasakan pemerintah daerah. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Manokwari, Suharso mengapresia kesadaran perilaku masyarakat hidup sehat di kampung yang membudayakan lima pilar STBM itu.
Pencapaian itu membuat Pemkab akan mendaftarkan kampung Wamesa sebagai perwakilan Manokwari dalam Lomba Posyandu tingkat Papua Barat.
“Harapan kami keberhasilan Kampung Wamesa bisa memotifasi kampung lain agar benar-benar melaksanakan lima pilar STBM,” pesannya.(*)