Neraca perdagangan nonmigas (minyak dan gas) membantu tetap surplusnya neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2017. Surplus itu tercatat 1,32 miliar dolar AS pada Februari 2017.

Meski begitu, jumlahnya lebih rendah dibanding Januari 2017 yang mencapai 1,43 miliar dolar AS.

Menurut siaran pers Bank Indonesia, surplus yang lebih rendah tersebut dipengaruhi oleh kenaikan defisit neraca perdagangan migas yang melampaui peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas.

Surplus neraca perdagangan nonmigas pada Februari 2017 tercatat 2,55 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,99 miliar dolar AS.

Meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas tersebut dipengaruhi oleh penurunan impor nonmigas sebesar 1,31 miliar dolar AS, melebihi penurunan ekspor nonmigas 0,75 miliar dolar AS.

Penurunan impor nonmigas terutama bersumber dari turunnya impor mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, plastik dan barang dari plastik, senjata dan amunisi, serta perhiasan/permata.

Sementara itu, penurunan ekspor nonmigas terutama disebabkan oleh turunnya ekspor lemak dan minyak hewan/nabati bahan bakar mineral, besi dan baja, bijih, kerak, dan abu logam, serta tembaga.

Di sisi migas, defisit neraca perdagangan migas naik dari 0,56 miliar dolar AS pada Januari 2017 menjadi 1,23 miliar dolar AS pada Februari 2017. Kenaikan defisit neraca perdagangan migas tersebut dipengaruhi oleh peningkatan impor migas 0,60 miliar dolar AS, sementara ekspor migas mengalami penurunan sebesar 0,07 miliar dolar AS.

Bank Indonesia memandang kinerja neraca perdagangan pada Februari 2017 adalah positif dalam mendukung kinerja transaksi berjalan.

Bank Indonesia terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik, terutama yang dapat memengaruhi kinerja neraca perdagangan serta mengupayakan agar kegiatan ekonomi domestik terus berjalan dengan baik.(***)