Liu Xia Bo, satu-satunya pemenang Nobel Perdamaian 2010 asal China yang dianugerahi hadiah itu saat masih berada di China, meninggal dunia, Kamis (13/7).
Liu (61), meninggal di Shenyang, China, dengan status tahanan dalam tahanan saat menjalani perawatan kanker hati yang diidapnya. ia divonis pemerintah China hukuman penjara selama 11 tahun dengan tuduhan makar.
Liu lahir di Changchun pada 1955. Selama masa Revolusi Budaya 1966-1967 dia tinggal di desa. Pada 1977 dia masuk universitas yang mulai dibuka kembali oleh pemerintah China. Pada 1988 dia meraih gelar doktor sastra dari Beijing Normal University. Dia kemudian jadi dosen dan kritikus sastra.
Saat gerakan pro demokrasi Tiananmen Square pada 1989, Liu yang menjadi dosen terbang di Columbia University, AS, terbang ke Beijing.
Bersama tiga tokoh demo lainnya, pejuang hak asasi manusia itu menjalankan aksi mogok makan di lapangan itu. Atas keterlibatannya dalam aksi itu, yang kemudian dikenal dengan nama tragedi Tianamen, Liu divonis penjara 21 bulan.
Pada 25 Desember 2009, Liu divonis penjara 11 tahun karena membuat Charter 08 yang meminta reformasi politik di China yang hanya memiliki satu partai politik itu.
Setahun kemudian Liu dianugerahi Noberl Perdamaian atas “gerakan damai bagi hak asasi mendasar manusia di China.”
Pimpinan Komite Nobel meletakkan hadiah Liu di seuah kursi koso0ng yang menyimbolkan ketidakhadirannya dalam upacara penganugerahan Nobel.
Liu adalah pemenang Nobel ketiga yang menerima Nobel Perdamaian saat ada dalam tahanan. Yang pertama adalah wartawan Jerman Carl von Ossietzky pada 1935, yang kedua pemimpin pro demokrasi Burma, Aung San Suu Kyi, pada 1991.
Ironisnya, Liu Xiaobo nyaris tak dikenal di negaranya sendiri. Namanya dihapus dari media berbahasa China dan Internet di negerinya.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
Selamat jalan Liu Xiaobo.(*/dixie)