Festival Senja yang merupakan salah satu event promosi budaya dan pariwisata di Kabupaten Kaimana dinilai berbagai pihak telah mengalami penurunan yang signifikan.
Kegiatan yang digelar sejak 29 November hingga 2 Desember 2017 itu terkesan asal jadi, dan tidak berhasil menarik wisatawan dari luar daerah maupun luar negeri.
Ketua DPRD Kaimana, Frans Amberbay, SE kepada papuakini.co mengatakan, tujuan Festival Senja sebenarnya bagus karena sebagai wadah untuk mempromosikan potensi budaya dan pariwisata daerah, selain sebagai area untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif dan UMKM.
“Tujuannya bagus, hanya saja selama ini terkesan salah kaprah, karena kegiatan ini dianggap sebagai kegiatan rutin tiap tahun dengan biaya APBD, sehingga ada kesan bagaimana caranya uang ini dihabiskan, yang berdampak pada pelaksanaanya yang asal-asalan saja karena targetnya tidak jelas,” tuturnya.
Menurutnya, seharusnya masyarakat dan objek wisata dipersiapkan dengan baik, serta menentukan waktu dan tempat pelaksanaan yang memadai, sehingga dapat menarik wisatawan dari luar Kaimana untuk datang.
“Memang ini kesannya asal jalan. Kalau memang pemerintah daerah tidak siap, maka sebaiknya kita pakai jasa EO (event organizer) yang lebih profesional,” tegasnya.
Dia juga mengatakan alokasi anggaran Festival Senja tiap tahun bertambah. Namun, dengan melihat kondisi tahun ini, DPRD akan melakukan koreksi dalam pembahasan anggaran 2018 nanti.
“Kegiatan ini sebenarnya positif dan bagus. Sekarang bagaimana implementasinya. Itu bagian dari eksekutif. DPRD hanya bisa menyetujui anggaran mana yang baik, kami dukung. Jika dalam pelaksanaan, kalau kurang (baik hasilnya) maka tugas kami mengoreksi,” ingatnya.

Yeremias Furay Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Kaimana.
Terpisah, Yeremias Furay Ketua Dewan Kesenian Kaimana saat dikonfirmasi di kediamanya mengatakan, Festival Senja yang harusnya mem-booming, malah justru ibarat pasar malam biasa karena minim pengunjung.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
“Kalau mau jujur, memang Festival Senja tiap tahun mengalami penurunan yang sangat besar. Apalagi di tahun 2017 ini. Kita bisa lihat bersama banyak stand yang tidak terisi. Nilai budaya mana yang mau dijual? Itu tidak ada,” tegasnya.
Menurut Yeremias, yang namanya festival tentu ada sesuatu yang memiliki nilai jual tinggi, dan menjadi ciri khas masyarakat Kaimana yang tidak dimiliki daerah lain.
“Itu yang harus digenjot sebaik-baiknya untuk kemudian ditampilkan, sehingga dapat menarik wisatawan baik lokal, nasional dan mancanegara,” tuturnya.
Di sisi lain, masyarakat dan seniman yang ada di Kaimana harus dilibatkan, dan mulai dipersiapkan sejak dini. Bukan menunggu hingga waktu pelaksanaan baru dilibatkan, sehingga kesanya asal ada perwakilan.
“Sebagai Ketua Dewan Kesenian, saya merasa memang banyak hal yang perlu dibenahi pada festival tahun 2018 mendatang. Kita di Kaimana memiliki banyak potensi yang bisa dipromosikan untuk Festival Senja. Selain adat-istiadat yang tidak dimiliki daerah lain, kita juga punya objek-objek wisata seperti Triton, Air Terjun Kiti-Kiti, tempat berkembang biak ribuan penyu yang langka, gambar di dinding batu berusia ribuan tahun, ikan hiu paus, dan lain-lain,” rincinya.
Sejauh ini, menurutnya, Dewan Kesenian Kaimana belum bisa berbuat banyak karena belum dilantik dan mendapatkan SK. Walau begitu, dia berharap perhatian pemerintah daerah jangan pernah putus dan pudar terhadap seniman di Kaimana, yang juga memiliki peranan penting dalam menjaga dan melestarikan budaya dan seni di daerah ini.(cpk3)