Beda jauhnya jumlah tenaga kerja Orang Asli Papua di kilang Tangguh BP di Teluk Bintuni, Papua Barat, membuat Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Papua Barat, Dra Pascalina Yamlean, menanyakan upaya-upaya yang dilakukan para bupati di wilayah proyek itu.
“Para bupati selama ini kerja apa? Kabupaten sudah terima uang sejak awal, semestinya itu banyak digulirkan untuk pelatihan-pelatihan, agar saat selesai pelatihan bisa langsung dipekerjakan,” ujarnya dalam konferensi pers update proyek Tangguh Train 3 di sebuah hotel di Manokwari, Rabu (12/12/2018).
Dengan nada agak tinggi, Pascalina mengingatkan soal naker ini jangan hanya memikirkan untuk saat ini, tapi jauh ke depan.
“Kita kejar operasional, jangan cuma konstruksional. Dengan demikian orang Papua bisa bekerja dari awal konstruksi sampai pensiun,” tegasnya dalam kegiatan yang turut dihadiri SKK Migas dan BP Indonesia itu.
Dia menegaskan instansinya sudah menggelar pelatihan-pelatihan tepat guna dan sasaran di Makassar, di mana semua lulusannya langsung terpakai karena mereka menerima sertifikasi tingkat internasional.
“Termasuk diterima bekerja di luar negeri. Di Malaysia. Bukan cuma di Tanah Papua. Mereka anak-anak OAP Papua Barat. Permintaan masih masuk, tapi masih pelatihan lagi,” jelasnya, lalu mengatakan PB punya pelatihan serupa di Ciloto.
Pascalina kemudian mengingatkan tingkat pengangguran di Papua Barat tinggi, sementara Gubernur Papua Barat mengingatkan tak boleh ada anak Papua Barat menganggur. Di sisi lain, pekerja dari luar daerah punya skill luar biasa.
“Itu yang harus kita kejar. Butuh kerjasama semua pihak. Kita bukan cuma pikir BP Tangguh. Pemerintah kabupaten sudah terima uang sejak Train 1. Apa yang sudah dilakukan?” ulangnya.(njo/dixie)
Click here to preview your posts with PRO themes ››