Miras jadi pembahasan utama pada tatap muka Kompolnas bersama Forkopimda dan para tokoh di Polda Papua Barat, Rabu (13/3/2019).
Tokoh perempuan, agama dan masyarakat meminta agar miras diseriusi, sebab menjadi persoalan utama gangguan kamtibmas, kecelakaan dan kejahatan lain.
Soal ini, Kapolda Papua Barat, Brigjen Pol Rudolf A Rodja beranggapan bahwa menyelesaikan persoalan miras tak sebatas melakukan penangkapan.
“Kalau setiap hari tangkap orang ya bisa saja, tapi ini tidak selesaikan persoalan. Kompensasinya apa supaya mereka tidak menjual atau memproduksi miras lagi?” kata Kapolda.
Manokwari masih memberlakukan Perda miras, tapi kenyataannya, sampai saat ini masih ada yang menjual bahkan memproduksi.
Satu hal yang menjadi dilema, ketika penangkapan dilakukan di wilayah Tambrauw dan masyarakat setempat mengatakan bahwa produksi miras yang mereka lakukan itu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
“Jadi kita tidak bicara soal tangkap saja, nanti tahanan penuh. Setelah keluar tahanan, apa yang mau dia lakukan?” tanya Kapolda.
Di satu sisi, Polda berfikir bahwa perlu ada hal-hal yang dilakukan agar masyarakat, khususnya anak muda, lupa akan aktivitas negatif itu.
Tapi, terobosan yang pernah dilakukan tampak tak dijadikan peluang bagi masyarakat.
“Maaf, saya boleh katakan mereka banyak yang tidak mau melalui proses. Saya selalu tekankan pada jajaran, jangan kasih ikan tapi umpan. Contohnya, pencucian motor yang kita bangun di Sanggeng untuk dikelola anak muda. Itu ternyata hanya beberapa bulan saja berjalan,” beber Kapolda.
Kapolda tidak menutup diri soal oknum anggotanya yang mungkin masih ada yang menjual, mengkonsumsi bahkan mem-backing miras.
“Itu ada, dan kita proses. Ada hukuman disiplin, kode etik bahkan pidana,” ungkap Kapolda.
Sementara itu, Pdt Soleman Manufandu mengatakan mendatangi beberapa penjual miras di Kompleks Borobudur, yang salah satunya sudah ditangkap.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
Hasilnya, para ibu meminta tolong agar pemerintah memberikan solusi pada mereka. “Mereka minta solusi, karena mereka butuh biaya hidup,” tuturnya.(njo)