Penulis: HENDRIK AKBAR
Industri hulu migas di Indonesia sering diterpa persoalan berat. Kali ini beda lawan, karena dampaknya sangat besar.
Dalam postingan Petrominer.com, saya tercengang mengetahui bahwa Industri Hulu Migas di Indonesia sempat terpuruk sekira tahun 2015-2016. Itu menjadi dasar bahwa terpaan terhadap industri hulu migas bukan kali pertama terjadi.
Kala itu, sekira 5 tahun lalu, terjadi kelebihan stok minyak akibat munculnya produsen baru bernama US Shale Oil. Industri serupa namun beda perusahaan itu membuat pasokan migas berkurang.
Kini di tengah situasi pandemi Covid-19, terpaan itu terjadi lagi. Bukan karena dampak dari kelebihan stok, tapi lebih kompleks.
Bagaimana tidak, hilangnya permintaan terjadi secara mendadak di berbagai negara lantaran kemunculan virus yang memaksa tidak normalnya segala macam aktivitas. Di satu sisi, produksi hulu migas di Indonesia terlebih di wilayah Timur masih berlimpah ruah.
Hilangnya permintaan juga bukan karena persaingan kompetitor, tapi lantaran Covid-19 merasuk hingga ke segala lini, termasuk permintaan akan minyak di suatu negara. Bahkan warung kelontongan pun kena dampak kondisi ini.
Situasi itu bak melati yang tumbuh mekar di antara tumpukan sampah yang membusuk. Apa daya, semua sudah terjadi, harummu tak tercium meski sering menyengat hidung ini.
Namun salut untuk Industri Hulu Migas. Di tengah terpaan yang dihantui solusi PHK demi keberlangsungan hidup perusahaan, Industri Hulu Migas justru berfikir bagaimana caranya membantu pemerintah untuk mempercepat penanganan dan pemutusan mata rantai Covid-19.
Tak lama setelah wabah ini menembus wilayah Timur Indonesia, Industri Hulu Migas langsung bergerak cepat menjalankan Program Pengembangan Masyarakat (PPM) di bidang kesehatan di wilayah kerja masing-masing.
Perlahan tapi pasti, tak besar tapi merata, kepedulian untuk sesama itulah yang mereka tunjukkan. Mereka hadir di tengah masyarakat membantu mendidik pemahaman pencegahan, penanganan, dan bagaimana agar masyarakat tidak menstigma pasien positif Covid-1`9.
Materi pencegahan pun mereka sampaikan sebagai bahan pembelajaran masyarakat, ditambah pemenuhan kebutuhan bapok untuk masyarakat terdampak, dan alat kesehatan bagi tenaga medis.
Rasanya, sekuntum bunga mawar tak cukup untuk membayar kepedulian mereka di saat dunia diguncang pandemi Covid-19.
Sejak pandemi berlangsung, Industri Hulu Migas di wilayah Timur, Papua-Maluku, terus, terus dan terus menyalurkan secara berkala alkes ke pemerintah di kabupaten/kota penghasil migas. Manokwari yang buka bukan daerah penghasil pun dapat.
Contohnya, di Kota Sorong Industri Hulu Migas menyalurkan lima unit materi penyuluhan dalam bentuk baliho, empat materi penyuluhan dalam bentuk X-Banner, serta bantuan terkait peralatan medis kesehatan berupa 12 set lengkap Alat Pelindung Diri, set cuci tangan portable, dan 1600 masker bedah medis dan masker N95 3M 9501V, juga 80 botol cairan dan gel antiseptik pembersih tangan.
Click here to preview your posts with PRO themes ››
Di Raja Ampat, KKKS MontD’Or Oil Salawati Ltd, menyalurkan 173 paket bahan pokok berupa beras, minyak goreng, gula, tepung terigu, mie instan dan susu, serta 150 masker kain.
Bantuan-bantuan ini juga disalurkan di daerah penghasil lain seperti Teluk Bintuni yang menerima secara bertahap pada 4-6 Mei 2020, berupa paket Alat Pelindung Diri (APD) yang terdiri dari baju pelindung, helm pelindung, kacamata goggle, sarung tangan dan sepatu boots latex masing-masing tiga unit, 50 masker anti virus N95 untuk tenaga kesehatan jenis 3M 9005v, 480 masker medis tiga lapis Sensi.
Bantuan lainnya juga mengalir di daerah penghasil di wilayah Maluku, seperti 500 alat rapid test yang diterima Pemprov Maluku.
Beruntunnya bantuan dari industri hulu migas ini merupakan bentuk kepedulian mereka membantu pemerintah agar bisa mengakhiri pandemi yang terjadi di NKRI.
Bantuan untuk wartawan di Papua Barat pun turut diberikan. Mereka menggandeng Dompet Dhuafa sebagai penyalur bantuan tersebut.
“Mereka bukan raksasa. Di situasi saat ini semua terdampak. Kami dan juga mereka (Industri Hulu Migas),” ujar Sekretaris PWI Papua Barat, Mathias Reyaan setelah mengetahui bantuan sembako untuk warga terdampak Covid-19 juga tersalur ke wartawan di Manokwari.
Rentetan terima kasih pun dilontarkan penerima bantuan, termasuk pekerja pers di Manokwari, ke SKK Migas dan Industri Hulu Migas.
SKK migas tak memungkiri peran Industri Hulu Migas, termasuk sejumlah pihak bahkan media massa, adalah upaya gotong royong mempercepat penanganan dan pemulihan ekonomi masyarakat secara perlahan.
“Ini bukan murni kerja kami, tapi juga dukungan semua pihak. Jaring pengaman sosial dan pemenuhan alkes itu tidak terlepas dari niat kami membantu upaya pemerintah mempercepat penanganan wabah ini,” kata kepala Perwakilan SKK Migas Pamalu, Rinto Pudyantoro dalam berbagai kesempatan sejak kegiatan talih kasih itu berlangsung.
Bagi dia, kepedulian saat ini sangat dibutuhkan. Bukan lantaran besarnya bantuan, melainkan merata dan bisa dirasakan bersama. Berakhirnya pandemi akan mengembalikan stabilitas ekonomi sebagaimana asa sang Presiden kita, Joko Widodo.(*)
SKK Migas, Industri Hulu Migas, Kepala SKK Migas Pamalu, Covid-19, bantuan Covid-19,